Kamis, 13 Agustus 2009

Braga, Keindahan Arsitektur Bandung




Bandung - Berkunjung ke kota Bandung cobalah dengan nuansa lain. Sesungguhnya Bandung tidak hanya memuaskan nafsu belanja dan kebutuhan kuliner saja, Bandung juga bisa dinikmati dengan memperhatikan arsitektur bangunannya.
Cobalah menyusuri Jalan Braga. Kawasan yang dimulai dari Jalan Asia Afrika (persis di sisi bangunan Gedung Merdeka) sampai dengan rel kereta api menjelang Jalan Wastukencana ini adalah saksi bisu zaman keemasan arsitektur di Indonesia.

Bangunan-bangunan di Braga sampai kini menjadi semacam etalase berbagai gaya arsitektur. Mulai dari klasik-romantik, art deco, Indo-Europeanen, neo klasik, gaya campuran, sampai gaya arsitektur modern. Meski tak sepenuh sesuai dengan aslinya, keindahan arsitektur itu masih bisa kita saksikan di berbagai bangunan di kawasan Braga.
Misalnya Gedung Landmark, bekas toko buku Van Dorp dan gedung bioskop Majestic. Ketiga bangunan itu adalah hasil rancangan arsitek Wolff Schoemaker yang dibangun pada 1922. Arsitektur bangunan-bangunan itu menampilkan perpaduan antara arsitektur Barat dan Timur.
Dulunya, Braga hanyalah sebuah jalan tanah yang berlumpur pada musim hujan dan berdebu pada musim kemarau. Hanya pedati yang ditarik kerbau yang melewati jalan itu untuk mengangkut hasil bumi ke koffie pakhuis. Karena itu jalan tersebut dijuluki Karrenweg atau Pedatiweg.
Tentu saja sulit membayangkan Braga kini dulunya tempat lintasan kerbau menghela pedati. Maklumlah, Braga kini dengan deretan toko-toko yang menjual berbagai keperluan itu adalah salah satu kawasan termahal di kota Bandung.
Namun kalau mau ditelusuri lebih jauh, jejak kerbau menarik pedati itu menjadi gedung yang paling penting di Bandung saat ini. Gedung Balai Kota Bandung di Jalan Wastukencana dulunya adalah bekas lokasi gudang kopi.
Nama Braga sebagai nama jalan muncul pada 18 Juni 1882. Uniknya, nama itu diambil dari kelompok sandiwara tonil yang didirikan Asisten Residen Bandung Pieter Sijthoff. Sang asisten memberi nama kelompok tonilnya 'Braga'.
Karena untuk pemukiman orang Belanda, tidak heran jika bangunan-bangunan di sepanjang Braga aslinya bergaya arsitektur Oud Holland. Cirinya, bangunan induk memiliki gudang atau paviliun yang letaknya sejajar.
Wali Kota Bandung saat itu, B Coops berambisi menjadikan Braga sebagai komples pertokoan paling terkemuka di Hindia Belanda (Indonesia), De meest Europeesche winkel straat van Indie".
Pada zaman itu, Braga menjadi pusat belanja paling bergengsi. Masyarakat Bandung dan sekitarnya yang tergolong kaya berusaha memenuhi kebutuhannya dari Braga. Mereka membeli kain berkualitas impor di Toko Onderling Belang yang bangunannya sekarang ditempati Sarinah, atau hanya sekadar cuci mata melihat-lihat barang yang dipamerkan di etalase toko sepanjang jalan Braga sehingga kemudian muncul istilahBragaderen.
Sampai kini, pamor Braga sebagai kawasan elit di Bandung tidak memudar. Kendati berbagai daerah-daerah satelit baru bermunculan. Bentuk asli Braga yang menggambarkan ciri kota Bandung terus dipertahankan. Pemilik bangunan di jalan itu tidak bisa leluasa mendapatkan ijin untuk merenovasi bentuk bangunannya.
Namun seiring perjalanan zaman, fungsi bangunan di kawasan Braga itu pun disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Selain toko buku dan restoran, kawasan Braga pun tumbuh sebagai kawasan bisnis. Di Jalan Braga kini ada Braga Citiwalk dengan hotel/apartemen di dalamnya.
Bila hari telah beranjak malam, kawasan Braga pun menjadi hingar bingar dengan dentuman music berbagai pub yang terdapat di sana. Jadi, untuk melengkapi kenikmatan menikmati keindahan arstitektur Braga pada siang hari, cobalah datang pada malam hari untuk melihat keindahan kehidupan malam di kota Bandung. [L1] (31-01-2008)
Sumber :
Abriansyah
http://www.inilah.com/berita/politik/2008/01/31/11193/braga-keindahan-arsitektur-bandung/
14 Agustus 2008
Sumber Gambar:
http://www.panoramio.com/photo/8081709
http://pub.mahawarman.net/bandoeng-jaman-doeloe/Bandung%20-%20Jalan%20Braga%20(Toko%20Luijks).jpg

3 komentar:

  1. Wassalam kenal. Sungguh blog yang bagus dan edukatif. Terimakasih dan baru tahu kalau Braga berasal dari nama kelompok seniman tempo dulu. Tadinya saya mengira nama itu berasal dari nama suatu tempat di Lisbon Portugal.

    BalasHapus
  2. Salam kenal.
    Seneng liat blog ini. Ada lagi tuh kalo soal arsitektur lama Bandung. Pernah lihat foto jalan Asia Afrika depan alun-alun sebelum perombakan alun-alun dan tanpa jembatan penyebrangan. Lebih segerrr.. kalo sekarang kesannya jadi penuh dan sempit.

    BalasHapus